Teknologi beton pracetak telah
lama diketahui dapat menggantikan operasi pembetonan tradisional yang dilakukan
di lokasi proyek pada beberapa jenis konstruksi karena beberapa potensi
manfaatnya. Beberapa prinsip yang dipercaya dapat memberikan manfaat lebih dari
teknologi beton procetak ini antara lain terkait dengan waktu, biaya, kualitas,
predicability, keandalan, produktivitas, kesehatan, keselamatan, lingkungan,
koordinasi, inovasi, reusability, serta relocatability (Gibb, 1999). Di
Indonesia, hingga saat ini, telah banyak aplikasi teknologi beton pracetak pada
banyak jenis konstruksi dengan didukung oleh sekitar 16 perusahaan spesialis
beton pracetak, atau lebih dikenal dengan sebutan precaster (Sijabat dan
Nurjaman, 2007).
I. SEJARAH
PERKEMBANGAN SISTEM PRACETAK
Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di
Indonesia, jika dibandingkan dengan material lain seperti kayu dan baja. Hal
ini bisa dimaklumi, karena bahan-bahan pembentukannya mudah terdapat di Indonesia,
cukup awet, mudah dibentuk dan harganya relative terjangkau. Ada beberapa aspek yang dapat menjadi
perhatian dalam sistem beton konvensional, antara lain waktu pelaksanaan yang
lama dan kurang bersih, control kualitas yang sulit ditingkatkan serta
bahan-bahan dasar cetakan dari kayu dan triplek yang semakin lama semakin mahal
dan langka.
Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang
mampu menjawab kebutuhan di era ini. Pada dasarnya system ini melakukan
pengecoran komponen di tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu
dibawa ke lokasi (transportasi ) untuk disusun menjadi suatu struktur utuh
(ereksi). Keunggulan system ini, antara lain mutu yang terjamin, produksi dan
pembangunan yang cepat, ramah lingkungan dan rapi dengan kualitas produk yang
baik.
Sistem pracetak telah banyak diaplikasikan di Indonesia,
baik yang sistem dikembangkan di dalam negeri maupun yang didatangkan dari luar
negeri. Sistem pracetak yang berbentuk komponen, seperti tiang pancang, balok
jembatan, kolom plat pantai.
II. PERKEMBANGAN
SISTEM PRACETAK DI DUNIA
Sistem pracetak berkembang mula-mula di negara Eropa.
Struktur pracetak pertama kali digunakan adalah sebagai balok beton precetak
untuk Casino di Biarritz, yang dibangun oleh kontraktor Coignet, Paris 1891. Pondasi beton
bertulang diperkenalkan oleh sebuah perusahaan Jerman, Wayss & Freytag di
Hamburg dan mulai digunakan tahun 1906. Tahun 1912 beberapa bangunan bertingkat
menggunakan system pracetak berbentuk komponen-komponen, seperti dinding .kolom
dan lantai diperkenalkan oleh John.E.Conzelmann.
Struktur komponen pracetak beton bertulang juga
diperkenalkan di Jerman oleh Philip Holzmann AG, Dyckerhoff & Widmann G
Wayss & Freytag KG, Prteussag, Loser dll. Sstem pracetak taha gempa
dipelopori pengembangannya di Selandia Baru. Amerika dan Jepang yang dikenal
sebagai negara maju di dunia, ternyata baru melakukan penelitian intensif
tentang system pracetak tahan gempa pada tahun 1991. Dengan membuat program
penelitian bersama yang dinamakan PRESS ( Precast seismic Structure System).
III. PERKEMBANGAN
SISTEM PRACETAK DI INDONESIA
Indonesia telah mengenal system pracetak yang berbentuk
komponen, seperti tiang pancang, balok jembatan, kolom dan plat lantai sejak
tahun 1970an. Sistem pracetak semakin berkembang dengan ditandai munculnya
berbagai inovasi seperti Sistem Column Slab (1996), Sistem L-Shape Wall (1996),
Sistem All Load Bearing Wall (1997), Sistem Beam Column Slab (1998), Sistem
Jasubakim (1999), Sistem Bresphaka (1999) dan sistem T-Cap (2000).
IV. DEFENISI
PRECAST
CONCRETE ( BETON PRACETAK )
Precast Concrete Beton
pracetak adalah suatu metode percetakan komponen secara mekanisasi dalam pabrik
atau workshop dengan memberi waktu pengerasan dan mendapatkan kekuatan sebelum
dipasang.
Precast Concrete atau Beton pra-cetak
menunjukkan bahwa komponen struktur beton tersebut : tidak dicetak atau dicor
ditempat komponen tersebut akan dipasang. Biasanya ditempat lain, dimana proses
pengecoran dan curing-nya dapat dilakukan dengan baik dan mudah. Jadi
komponen beton pra-cetak dipasang sebagai komponen jadi, tinggal disambung
dengan bagian struktur lainnya menjadi struktur utuh yang terintegrasi.
Karena proses pengecorannya di tempat khusus (bengkel
frabrikasi), maka mutunya dapat terjaga dengan baik. Tetapi agar dapat
menghasilkan keuntungan, maka beton pra-cetak hanya akan diproduksi jika jumlah
bentuk typical-nya mencapai angka minimum tertentu, sehingga tercapai break-event-point-nya. Bentuk typical yang
dimaksud adalah bentuk-bentuk yang repetitif, dalam jumlah besar.
V. PERMASALAHAN
UMUM PADA PENGEMBANGAN SISTEM PRACETAK
Ada 5 masalah utama dalam pengembangan system pracetak :
- Kerjasama dengan perencana di bidang lain yang terkait, terutama dengan pihak arsitektur dan mekanikal/elektrikal/plumbing.
- Sistem ini relative baru
- Kurang tersosialisasikan jenisnya, produk dan kemampuan system pracetak yang telah ada.
- Keandalan sambungan antarkomponen untuk system pracetak terhadap beban gempa yang selalu menjadi kenyataan
- Belum adanya pedoman perencanaan khusus mengenai tata cara analisis, perencanaan serta tingkat kendala khusus untuk system pracetak yang dapat dijadikan pedoman bagi pelaku konstruksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar