Baja
tulangan untuk konstruksi beton bertulang ada bermacam macam jenis dan mutu
tergantung dari pabrik yang membuatnya.
Ada dua jenis baja tulangan , tulangan polos ( Plain bar ) dan tulangan
ulir (Deformed bar ). Sebagian besar baja tulangan yang ada di Indonesia
berupa tulangan polos untuk baja lunak dan tulangan ulir untuk baja keras.
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu
tanpa mengalami keretakan. Oleh karena itu, agar beton dapat bekerja dengan
baik dalam sistem struktur, beton perlu dibantu dengan memberinya perkuatan
penulangan yang berfungsi menahan gaya tarik. Penulangan beton menggunakan
bahan baja yang memiliki sifat teknis yang kuat menahan gaya tarik. Baja beton
yang digunakan dapat berupa batang baja lonjoran atau kawat rangkai las (wire
mesh) yang berupa batang-batang baja yang dianyam dengan teknik pengelasan.
Baja beton dikodekan berurutan dengan: huruf BJ, TP dan TD,
−
BJ berarti Baja
−
TP berarti Tulangan Polos
−
TD berarti Tulangan Deformasi (Ulir)
Angka yang terdapat pada kode tulangan menyatakan batas leleh
karakteristik yang dijamin. Baja beton BJTP 24 dipasok sebagai baja beton
polos, dan bentuk dari baja beton BJTD 40 adalah deform atau dipuntir . Baja
beton yang dipakai dalam bangunan harus memenuhi norma persyaratan terhadap
metode pengujian dan perneriksaan untuk bermacam macam mutu baja beton.
Bentuk baja tulangan ulir
Secara umum berdasarkan SNI 03-2847-2002 tentang Tata
cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung, baja tulangan yang
digunakan harus tulangan ulir. Baja polos diperkenankan untuk tulangan spiral
atau tendon. Baja tulangan umumnya harus memenuhi persyaratan yang
berorientasi pada ASTM (American Society for Testing Materials) yang
diantaranya memenuhi salah satu ketentuan berikut:
− “Spesifikasi untuk batang baja billet ulir dan polos untuk
penulangan
beton” (ASTM A615M).
− “Spesifikasi untuk batang baja axle ulir dan polos untuk penulangan
beton” (ASTM A617M).
− “Spesifikasi untuk baja ulir dan polos low-alloy untuk
penulangan
beton” (ASTM A706M).
Sedangkan di Indonesia, produksi baja tulangan dan baja struktur
telah diatur sesuai dengan Standar Industri Indonesia (SII), antara lain
adalah SII 0136-80 dan SII 318-80.
Di samping mutu baja beton BJTP 24 dan BJTD 40 seperti yang
ditabelkan itu, mutu baja yang lain dapat juga spesial dipesan (misalnya BJTP
30). Tetapi perlu juga diingat, bahwa waktu didapatnya lebih lama dan harganya
jauh lebih mahal. Guna menghindari kesalahan pada saat pemasangan, lokasi
penyimpanan baja yang spesial dipesan itu perlu dipisahkan dari baja Bj.Tp 24
dan Bj.Td 40 yang umum dipakai. Sifat-sifat fisik baja beton dapat ditentukan
melalui pengujian tarik. Sifat fisik tersebut adalah:
− kuat tarik; (fy)
− batas luluh/leleh;
− regangan pada beban maksimal;
− modulus elastisitas (konstanta material), (Es)
Produk tulangan baja beton sangat bervariasi, untuk itu dalam
pelaksanaan di lapangan diberlakukan beberapa toleransi terhadap
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Beberapa toleransi terhadap
penyimpangan pada kondisi baja yang ada di lapangan disebutkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar