Kesempatan Tidak Datang Dua Kali

Kesempatan Tidak Datang Dua Kali

Selasa, 18 Juni 2013

Mutu baja tulangan



Baja tulangan untuk konstruksi beton bertulang ada bermacam macam jenis dan mutu tergantung dari pabrik yang membuatnya.  Ada dua jenis baja tulangan , tulangan polos ( Plain bar ) dan tulangan ulir (Deformed bar ). Sebagian besar baja tulangan yang ada di Indonesia berupa tulangan polos untuk baja lunak dan tulangan ulir untuk baja keras.
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami keretakan. Oleh karena itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam sistem struktur, beton perlu dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan yang berfungsi menahan gaya tarik. Penulangan beton menggunakan bahan baja yang memiliki sifat teknis yang kuat menahan gaya tarik. Baja beton yang digunakan dapat berupa batang baja lonjoran atau kawat rangkai las (wire mesh) yang berupa batang-batang baja yang dianyam dengan teknik pengelasan. Baja beton dikodekan berurutan dengan: huruf BJ, TP dan TD,
− BJ berarti Baja
− TP berarti Tulangan Polos
− TD berarti Tulangan Deformasi (Ulir)
Angka yang terdapat pada kode tulangan menyatakan batas leleh karakteristik yang dijamin. Baja beton BJTP 24 dipasok sebagai baja beton polos, dan bentuk dari baja beton BJTD 40 adalah deform atau dipuntir . Baja beton yang dipakai dalam bangunan harus memenuhi norma persyaratan terhadap metode pengujian dan perneriksaan untuk bermacam macam mutu baja beton.          
    
Bentuk baja tulangan ulir

Secara umum berdasarkan SNI 03-2847-2002 tentang Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung, baja tulangan yang digunakan harus tulangan ulir. Baja polos diperkenankan untuk tulangan spiral atau tendon. Baja tulangan umumnya harus memenuhi persyaratan yang berorientasi pada ASTM (American Society for Testing Materials) yang diantaranya memenuhi salah satu ketentuan berikut:
“Spesifikasi untuk batang baja billet ulir dan polos untuk penulangan
    beton” (ASTM A615M).
“Spesifikasi untuk batang baja axle ulir dan polos untuk penulangan
    beton” (ASTM A617M).
“Spesifikasi untuk baja ulir dan polos low-alloy untuk penulangan
    beton” (ASTM A706M).
Sedangkan di Indonesia, produksi baja tulangan dan baja struktur telah diatur sesuai dengan Standar Industri Indonesia (SII), antara lain adalah SII 0136-80 dan SII 318-80.
Di samping mutu baja beton BJTP 24 dan BJTD 40 seperti yang ditabelkan itu, mutu baja yang lain dapat juga spesial dipesan (misalnya BJTP 30). Tetapi perlu juga diingat, bahwa waktu didapatnya lebih lama dan harganya jauh lebih mahal. Guna menghindari kesalahan pada saat pemasangan, lokasi penyimpanan baja yang spesial dipesan itu perlu dipisahkan dari baja Bj.Tp 24 dan Bj.Td 40 yang umum dipakai. Sifat-sifat fisik baja beton dapat ditentukan melalui pengujian tarik. Sifat fisik tersebut adalah:
− kuat tarik; (fy)
− batas luluh/leleh;
− regangan pada beban maksimal;
− modulus elastisitas (konstanta material), (Es)
Produk tulangan baja beton sangat bervariasi, untuk itu dalam pelaksanaan di lapangan diberlakukan beberapa toleransi terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Beberapa toleransi terhadap penyimpangan pada kondisi baja yang ada di lapangan disebutkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar